Roma 8:28
Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka
yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
SAKURA TRAVEL
KAMI ADALAH AGEN RESMI TIKET PESAWAT ONLINE
we are airlines ticketing agent (online)
(e-Ticket)
UNTUK WILAYAH
for area
SELURUH INDONESIA.
QUICK - FRIENDLY - SIMPLE
Bagi anda yang tidak sempat ke agen, kami siap melayani via sms / telepon:
Untuk reservasi anda cukup sms/call ke kami,
lalu kami infokan ke anda perihal jadwal & harga,
bila anda oke dan melakukan transaksi melalui transfer bank,
kami akan memberi anda kode booking,
anda tinggal tunjukkan kode booking di bandara dimana anda berangkat untuk diprint lalu check-in seperti biasanya.
atau kami kirim tiket anda via email.
Sangat mudah kan!!!
Harga yang kami tawarkan adalah harga resmi airlines, kami tidak bisa menaikkan dan menurunkan harga alias mempermainkan harga, dan jangan kuatir kami akan pilihkan anda dari daftar harga yang paling murah pada saat anda reservasi.
JADI TUNGGU APA LAGI!!!
so wait for!!!
HUBUNGI KAMI :
call and sms us :
"SAKURA TRAVEL"
JL. Hang Tuah - Kp.raya no.2 Tg.Uban,Bintan Utara - KEPRI 29152
email :
ridwanpangaribuan@yahoo.co.id
rince.sirait@yahoo.com
ridwanpangaribuan@hotmail.com
ridwanpangaribuan@yahoo.co.id
rince.sirait@yahoo.com
ridwanpangaribuan@hotmail.com
HOTLINE :
081364620734 / 085375389335
(HARI MINGGU/LIBUR KAMI TETAP MELAYANI)
Sunday / Holiday can reserved
==============================================================================================================================
Jumat, 28 September 2012
Sabtu, 18 Agustus 2012
Membangun Sukses Dari Hal Yang Kita Sukai
Alkisah ada seorang anak muda yang sangat menyukai boneka hingga ia
belajar bagaimana menjadi ahli pembuat boneka. Sayangnya, anak muda ini
sangat kikuk, dan guru serta murid-murid lainnya selalu berkata bahwa
dia tidak punya kemampuan untuk membuat boneka, dan bahwa dia tidak akan
pernah berhasil.
Meski demikian, anak muda ini tetap bisa menikmati sehingga ia tak henti-hentinya melatih diri agar berkembang. Walau sudah bekerja keras, mereka akan selalu menemukan kesalahan pada boneka-boneka buatan anak muda ini, dan akhirnya mereka pun mengeluarkan si anak muda dari pelatihan itu.
Tapi anak muda itu tidak menyerah begitu saja. Ia memutuskan sejak saat itu akan menghabiskan seluruh waktunya membuat satu jenis boneka. Dan setiap kali menemukan kekurangan pada bonekanya, ia akan membuangnya dan memulai lagi dari awal. Tahun demi tahun pun berlalu, dan dengan setiap percobaan baru, bonekanya menjadi sedikit lebih baik. Kini, bonekanya jauh lebih baik dari hasil karya teman-temannya. Meski begitu, si anak muda ini tetap melakukan perbaikan, mencari “kesempurnaan”. Hidup seperti itu membuat anak muda ini kurang mampu mampu mencari nafkah, dan banyak orang menertawakan kondisinya yang miskin.
Ketika usianya sudah semakin tua, karya bonekanya sangatlah indah. Begitu bagusnya hingga suatu hari setelah berpuluh-puluh tahun bekerja, ia menyelesaikan satu boneka, dan berkata, “Saya tidak melihat ada yang kurang. Kali ini hasilnya sempurna.” Dan, untuk pertama kalinya dari sekian tahun lamanya, alih-alih membuang boneka ini, ia malah menaruhnya di atas rak. Ia benar-benar merasa puas dan bahagia.
Dan sisa ceritanya menjadi sejarah.
Boneka yang sempurna itu menjadi hidup, mengalami ribuan petualangan, dan memberikan pria tua yang bernama Geppetto itu kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada yang didapat pembuat boneka lainnya yang terkenal dari hasil-hasil karyanya.
Meski demikian, anak muda ini tetap bisa menikmati sehingga ia tak henti-hentinya melatih diri agar berkembang. Walau sudah bekerja keras, mereka akan selalu menemukan kesalahan pada boneka-boneka buatan anak muda ini, dan akhirnya mereka pun mengeluarkan si anak muda dari pelatihan itu.
Tapi anak muda itu tidak menyerah begitu saja. Ia memutuskan sejak saat itu akan menghabiskan seluruh waktunya membuat satu jenis boneka. Dan setiap kali menemukan kekurangan pada bonekanya, ia akan membuangnya dan memulai lagi dari awal. Tahun demi tahun pun berlalu, dan dengan setiap percobaan baru, bonekanya menjadi sedikit lebih baik. Kini, bonekanya jauh lebih baik dari hasil karya teman-temannya. Meski begitu, si anak muda ini tetap melakukan perbaikan, mencari “kesempurnaan”. Hidup seperti itu membuat anak muda ini kurang mampu mampu mencari nafkah, dan banyak orang menertawakan kondisinya yang miskin.
Ketika usianya sudah semakin tua, karya bonekanya sangatlah indah. Begitu bagusnya hingga suatu hari setelah berpuluh-puluh tahun bekerja, ia menyelesaikan satu boneka, dan berkata, “Saya tidak melihat ada yang kurang. Kali ini hasilnya sempurna.” Dan, untuk pertama kalinya dari sekian tahun lamanya, alih-alih membuang boneka ini, ia malah menaruhnya di atas rak. Ia benar-benar merasa puas dan bahagia.
Dan sisa ceritanya menjadi sejarah.
Boneka yang sempurna itu menjadi hidup, mengalami ribuan petualangan, dan memberikan pria tua yang bernama Geppetto itu kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada yang didapat pembuat boneka lainnya yang terkenal dari hasil-hasil karyanya.
Membangun sukses kita dari hal-hal yang kita sukai. Dengan ketekunan & semangat tinggi, serta terus berusaha memperbaiki, maka apapun yang dikerjakan akan membuat waktu dan talenta kita lebih bernilai.
Senin, 23 Juli 2012
Pribadi yang Berkualitas
Hubungan Seorang Anak Dan Ayahnya
“Ayah, ayahnya temanku membiarkan nyamuk menggigit tangannya sampai kenyang agar nyamuk itu tdk menggigit anaknya. Apakah Ayah juga akan melakukan hal yang sama?”.Sang Ayah tertawa “Tidak nak, ayah akan memasangkan kelambu agar nyamuk tidak dapat menggigit siapapun”.
“Oh iya, aku juga membaca tentang seorang Ayah yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Apakah Ayah akan melakukan hal yang sama?”, si anak kembali bertanya.
Dengan tegas Ayahnya menjawab “Ayah akan bekerja keras agar kita semua dapat makan kenyang.”
Sang anak tersenyum…dan berkata : “Terimakasih..Aku bisa selalu bersandar padamu Ayah..”
Sambil memeluk dan mengusap rambut sang anak, si Ayah berkata “Tidak Nak..!! Tapi ayah akan mengajarimu untuk berdiri kokoh diatas kakimu sendiri, agar kau tidak jatuh tersungkur ketika ayah harus pergi meninggalkanmu ‘suatu saat nanti’
Kiranya jadi berkat dan teladan buat kita semua
Spread the Word - Like and/or share this page, your friends will also love it and thanks for it.
Minggu, 22 Juli 2012
Mengejar Tujuan Tuhan
Taat dan menjadi berkat
Kejadian 12:1-3 “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.’”
Perhatikan bagaimana Tuhan berkata kepada Abram, “Abram, Aku akan memberkati engkau, dan engkau akan menjadi berkat.”
Tapi di sini adalah apa yang saya ingin Anda pahami: Abram dapat menjadi berkat hanya jika Dia berada dalam tujuan Allah. Dia hanya bisa menjadi berkat yang besar jika dia mengikuti panggilan Tuhan. Anda tidak akan pernah menjadi berkat seperti yang Tuhan rencanakan untuk Anda, jika Anda tidak berjalan dalam tujuan ilahi Anda.
Apakah ada resiko bagi Abram saat itu? Tentu saja! Dia harus meninggalkan segala sesuatu yang familiar baginya, semua rasa aman itu, dan segala sesuatu yang nyaman dan akrab. Dia meninggalkan Ur-Kasdim, yang menurut sejarah adalah salah satu kota paling maju dari dunia kuno. Mereka memiliki jalan bebatuan, sistem pembuangan limbah bawah tanah, dan menjadi tempat perdagangan dunia.
Abram meninggalkan semua itu dan pergi dalam petualangan dengan iman, mengejar tujuan yang Tuhan rencanakan bagi hidupnya. Dan dalam mengejar tujuan itu, Tuhan memberkatinya, dan dia menjadi berkat. Tapi pikirkan tentang hal ini. Bagaimana jika Abram tetap tinggal? Bagaimana jika dia berkata, “Aku aman di sini, aku memiliki semuanya, aku memiliki rumah yang bagus dan semua yang aku butuhkan, aku pikir aku akan tinggal diam..”
Jika Abram melakukannya, kita bahkan tidak akan tahu namanya, Abraham, Bapa segala bangsa.
Kejarlah tujuan Anda. Itu adalah tempat berkat Tuhan.
Berkat Tuhan yang melimpah disediakan bagi mereka yang mengejar tujuan ilahi dalam hidupnya dan menghidupi tujuan itu.
Spread the Word - Like and/or share this page, your friends will also love it and thanks for it.
Sabtu, 14 Juli 2012
Kisah Motivasi Garam Dan Telaga
Kisah Motivasi Garam Dan Telaga
Di sebuah dusun yang sunyi , tenang dan damai, ada seorang kakek
bijak mendiami dusun tersebut, tak ada yang menemani sang kakek
tinggal, ia hanya hidup sebatang kara, namun ia tetap men syukuri
kehidupannya , maka tak heran beberapa peduduk dusun itu menjuluki si
kakek itu dengan julukan si kakek bijak, karean petuahnya banyak
mengandung arti bagaimana harus bersikap dan berprilaku dalam kehidupan
ini.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda dusun yang
sedang dirundung banyak masalah, langkahnya gontai, raut mukanya ruwet,
seakan harapan tak lagi mau berpihak lagi kepadanya, tatap mata kosong,
sehingga guratan secercah harapan tak tampak sedikitpun di wajahnya.
Sosok
itu mengejutkan si kakek bijak yang sendari tadi, asyik dengan
menganyam bambu untuk dibuat peralatan rumah tangga, karena dengan
keahliannya itu ia tetap bertahan untuk hidup, hasil kerja dan jerih
payahnya itu ia jual ke pasar dusun terdekat.
Tanpa membuang waktu
pemuda itu menceritakan semua permasalahnya yang ia hadapi, karena ia
percaya si kakek bijak pasti akan memberikan jalan keluarnya dari
permasalahannya itu. Dan dengan bijaksana si kakek mendengarkan curahan
hati pemuda itu dengan seksama.
Setelah selesai si pemuda itu
menceritakan kesukarannya, si kakek bijak hanya tersenyum sambil
menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju kedapur yang tak jauh
dari tempat duduknya itu, ia mengambil segenggam garam dan segelas air.
“anak muda cobalah kau taburkan garam ini kedalam segelas air yang aku
bawa ini dan aduklah air dan garam ini, “ pinta si kakek bijak , tanpa
pikir panjang lagi si pemuda itu menaburkannya garam kedalam gelas, lalu
diaduknya perlahan-lahan. “Sudah kek ! , aku sudah aduk rata sekali
garam dengan air ini ujar si pemuda itu, “ehmm….,cobalah kau minum
larutan itu dan katakan bagaimana rasanya”, ujar kakek bijak itu.
“Pahit..,
Asin tak karuan rasanya, kek …”, jawab pemuda itu, sambil ia meludah
kesamping tak kuasa menahan rasa yang tak enak dari larutan itu.
Kakek
bijak sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak si pemuda itu berjalan ke
tepi sebuah telaga yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Kedua orang itu
berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka di tepi telaga yang
tenang.
Kakek itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam
telaga dan dengan sepotong kayu dari rerutuhan pohon, ia membuat
gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak
air di telaga. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”, perintah
kakek bijak. Saat pemuda itu selesai meneguk air telaga, si kakek bijak,
kembali bertanya, “Bagaimana rasanya,?”
“Segar dan nyaman sekali
di tenggorokan ku ini ”, sahut pemuda itu. “Apakah kamu merasakan garam
didalam air itu?”, Tanya Kakek bijak lagi. “Tidak”, jawab si pemuda.
Dengan
kasih sayang dan bijaksannya, kakek bijak menepuk-nepuk punggung pemuda
itu, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga
itu. “Anak muda !, dengarlah, pahitnya kehidupan itu adalah layaknya
segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu
adalah sama dan memang akan tetap selalu sama.”
“Tapi, kepahitan
yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan
segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu
merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang
bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah
hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Kakek bijak itu
kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah
tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi,
jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang
mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan
kebahagiaan.”
Akhirnya setelah mendapat petuah dari kakek bijak,
si pemuda menyadari kenyataan kehidupan yang memang penuh dengan jalan
yang berliku-liku.
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama
belajar hari itu, belajar memaknai kehidupan yang ada kala kita di atas
dan adakalanya di bawah bagai roda pedati.
Setiap orang pasti
mengalami keterpurukan dalam kehidupan , namun keterpurukan itu
hendaknya bukan menjadi hambatan dan vonis tak akan dapat mencapai lagi
apa yang kita harapkan dan hendaknya keterpurukan seharus menjadi cambuk
semangat tuk meraih lagi yang terlepas dari harapan kita, Sang Buddha
bersabda : Bangun! Bangkitlah! Untuk apa kau terus bermimpi ? bagaimana
mungkin engkau yang sakit dan tertusuk oleh panah kegagalan tetap
tertidur
Bangun! Bangkitlah! Latihlah dirimu untuk memenangkan
kedamaian, jangan biarkan raja kematian, karena mengetahui engkau dalam
keadaan lengah, menarikmu kedalam dunianya
Jadi pergunakanlah waktu
yang selama kita masih bisa bernafas dalam kehidupan ini lakukan dengan
kesungguhan dan melepas segala belenggu kemalasan dalam diri.
dikutip dari tulisan sdr Budiman Sitohang Sth
Selasa, 10 Juli 2012
KISAH GADIS KECIL DAN KOTAK EMAS
Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak
perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja
menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus
sekotak kado.
Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang Ayah.
“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.
Sang ayah tak jadi marah. Namun, ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.
“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.
Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.
Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.
Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta.
Disadur dari: Ana Lucia, A Little Girl and The Golden Box
Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang Ayah.
“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.
Sang ayah tak jadi marah. Namun, ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.
“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.
Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.
Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.
Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta.
Disadur dari: Ana Lucia, A Little Girl and The Golden Box
Selasa, 03 Juli 2012
Nilai Kehidupan
Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan
rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya
raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati
kesehariannya dengan baik.
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia
tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari
bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari
untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan
tidak memiliki arti.
“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.
Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.
Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.
Kebencian Hari Ini, Petaka Esok Hari
Sahabat, percayakah anda, sebuah dendam dan kebencian yang ditebar hari ini membuahkan celaka bagi generasi mendatang? Mari kita tengok.
Berapa sering kita mendengar banyaknya korban akibat ranjau yang ditanam saat perang puluhan tahun silam. Di Rusia, Cina, Kolombia, Kamboja, Jenewa, Irak, Afganistan, negara-negara Afrika, dan lain-lain.
Ranjau-ranjau itu adalah sisa-sisa amarah, bekas-bekas angkara, dan jejak-jejak amuk, dan bekas-bekas kebencian. Kebencian atas penindasan dan ketidak adilan. Kebencian akan perilaku adikuasa.
Kita tak pernah tahu kapan semua itu akan tersapu bersih. Meski damai telah dijabattangankan, siapa bisa menjamin tak ada penyesalan di kemudian hari? Betapa mahalnya sebuah kebencian.
Hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak hanya mempertimbangkan apa yang terjadi pada esok hari akibat perbuatan kita hari ini. Ketika kita membenci sesuatu, maka kebencian itu akan beranak pinak, dan akan kembali kepada kita sebesar kebencian yang kita tebarkan.
Mari tanyakan pada diri sendiri, buat apa kebencian ini? Adakah manfaatnya? Adakah akibat diesok hari buat diri kita dan anak cucu kita? Adakah jalan yang lebih baik? Karena ranjau-ranjau kebencian itu akan melukai orang yang membenci, juga orang yang dibenci. Dua-duanya sama-sama terluka.
Namun ada yang harus digaris bawahi, bahwa kebencian tidaklah sama dengan ketegasan sikap dalam menegakkan aturan dan batas-batas norma kehidupan. Kebencian lebih condong mengarah pada subjek, sedang ketegasan lebih mengacu pada perilaku dan perbuatan.
Semakin jauh kita memandang ke depan, semestinya semakin besar nilai perbuatan kita hari ini bagi kemanusiaan. Semakin berhati-hati dalam menentukan langkah dalam bertindak.
Salam..
Berapa sering kita mendengar banyaknya korban akibat ranjau yang ditanam saat perang puluhan tahun silam. Di Rusia, Cina, Kolombia, Kamboja, Jenewa, Irak, Afganistan, negara-negara Afrika, dan lain-lain.
Ranjau-ranjau itu adalah sisa-sisa amarah, bekas-bekas angkara, dan jejak-jejak amuk, dan bekas-bekas kebencian. Kebencian atas penindasan dan ketidak adilan. Kebencian akan perilaku adikuasa.
Kita tak pernah tahu kapan semua itu akan tersapu bersih. Meski damai telah dijabattangankan, siapa bisa menjamin tak ada penyesalan di kemudian hari? Betapa mahalnya sebuah kebencian.
Hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak hanya mempertimbangkan apa yang terjadi pada esok hari akibat perbuatan kita hari ini. Ketika kita membenci sesuatu, maka kebencian itu akan beranak pinak, dan akan kembali kepada kita sebesar kebencian yang kita tebarkan.
Mari tanyakan pada diri sendiri, buat apa kebencian ini? Adakah manfaatnya? Adakah akibat diesok hari buat diri kita dan anak cucu kita? Adakah jalan yang lebih baik? Karena ranjau-ranjau kebencian itu akan melukai orang yang membenci, juga orang yang dibenci. Dua-duanya sama-sama terluka.
Namun ada yang harus digaris bawahi, bahwa kebencian tidaklah sama dengan ketegasan sikap dalam menegakkan aturan dan batas-batas norma kehidupan. Kebencian lebih condong mengarah pada subjek, sedang ketegasan lebih mengacu pada perilaku dan perbuatan.
Semakin jauh kita memandang ke depan, semestinya semakin besar nilai perbuatan kita hari ini bagi kemanusiaan. Semakin berhati-hati dalam menentukan langkah dalam bertindak.
Salam..
Kamis, 28 Juni 2012
"Kisah Wortel, Telur, dan Kopi"
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai
kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat
baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia
sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai,
timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia
menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia
menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa
berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar,
memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang
ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk,
mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan
kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat,
nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya
mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan
merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya
mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia
mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia
tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu,
si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi
‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing
menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar
dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang
berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi
mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air,
bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika
kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel,
telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang
kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu
menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati
lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah
hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari
luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan
jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah
air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya
yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu
terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi
semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di
sekitarmu juga membaik.”
“Ada raksasa dalam setiap orang
dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa
itu menahan dirinya sendiri”
Rabu, 20 Juni 2012
KATA - KATA MOTIVASI
Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu. (Benjamin Franklin)
Orang yang bahagia bukanlah orang pada lingkungan tertentu, melainkan orang dengan sikap-sikap tertentu. (Hugh Downs)
Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi. (Jawaharlal Nehru)
Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan. (Confusius)
Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik- baiknya dan berbahagia pada hari ini. (Samuel Taylor Coleridge)
Kesalahan terbesar yang bisa dibuat oleh manusia di dalam kehidupannya adalah terus-menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat kesalahan. (Elbert Hubbard)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. (Alexander Pope)
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. (Kahlil Gibran)
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. (Andrew Jackson)
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai. (Schopenhauer)
Tidak ada pelaut ulung yang dilahirkan dari samudera yang tenang, tapi ia akan dilahirkan dari samudera yang penuh terpaan badai, gelombang dan topan (D Farhan Aulawi)
Orang yang bahagia bukanlah orang pada lingkungan tertentu, melainkan orang dengan sikap-sikap tertentu. (Hugh Downs)
Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi. (Jawaharlal Nehru)
Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan. (Confusius)
Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik- baiknya dan berbahagia pada hari ini. (Samuel Taylor Coleridge)
Kesalahan terbesar yang bisa dibuat oleh manusia di dalam kehidupannya adalah terus-menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat kesalahan. (Elbert Hubbard)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. (Alexander Pope)
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. (Kahlil Gibran)
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. (Andrew Jackson)
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai. (Schopenhauer)
Tidak ada pelaut ulung yang dilahirkan dari samudera yang tenang, tapi ia akan dilahirkan dari samudera yang penuh terpaan badai, gelombang dan topan (D Farhan Aulawi)
Kamis, 23 Februari 2012
Kisah Mama yang Termulia
Kisah Mama yang Termulia
Mungkin artikel ini bukan berasal dari kisah nyata, namun cukup
mengharukan untuk dibaca dan diresapi tentang perjuangan seorang mama
kepada anak tunggalnya. Artikel ini didapatkan dari facebook, silahkan
membaca dan renungi nilai yang terkandung di dalamnya.
Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria
berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota
tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba
kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah
yang membuat sang pria jatuh hati.
Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah,
dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga,
orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang
terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi
keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan
untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia
sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.
Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi
sang pria menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan
mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah
perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama
hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang
tuanya).
Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya
agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal
membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang
menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.
Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kimpoi lari. Ia
memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu
keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh
orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci
anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya
yang besar.
Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah
ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat
terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian
memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka
satu-satunya.
Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar,
perkimpoian mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota,
reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi.
Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut
secara perlahan2.
Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan
agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya
lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk
membiayai hidupnya di tempat lain.
Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar
bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak
kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota
ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria,
bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan
akan sangat sulit?.
Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan
sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah
dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari
kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. “Walaupun ia
kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang
yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua”, kata sang ibu.
Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia
sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa
keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah
melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama
dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia
tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah.
Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.
Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia
terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota
itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia
bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
=====================================================
Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi
seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan
malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia
bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2
tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia
melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya.
Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain
tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat.
Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya…
Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya
sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus
menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah
menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini,
dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini,
kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup
ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari
obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu
hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun
lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin,
karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum
terbayar.
Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa,
untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak
permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol
yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah
pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat
daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur,
ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu
tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak
mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?..
Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan
sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya
sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang
dilakukan oleh sang ibu ………… .
=====================================================
Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di
hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain
bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau”
(terjemahannya “Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik”).
Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai
penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.
Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang
anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di
malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu
tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.
Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini.
Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah
pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak
terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak
keperluan lain yang perlu dibiayai.
Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia
meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena
ia akan membelinya bulan depan. “Apakah kamu punya uang?” tanya sang
pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan punya”, kata sang anak
dengan serius.
Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam
tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.
Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya “Dari mana kamu
mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?”. “Saya tidak mencuri, kakek.
Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak
pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat
pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan
untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya,
jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah” kata sang anak.
Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak
segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan
tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam
tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari
mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau
menjawab.
“Apakah kamu mencuri, Nak?” Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut.
Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa
anaknya telah mencuri. “Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri.
Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?” kata sang ibu.
Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu
sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak
menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu
perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus
melakukannya, demi kebaikan anaknya.
Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke
rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya.
“Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu tetangganya.
Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.
Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk
menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko,
memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.
“Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak
boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”. Sang anak mengikuti nasehat
kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2
muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam
tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang
tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia
juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya
pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk
mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.
Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal
tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak
kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu.”Maafkan saya,
Nak.”
“Tidak Bu, saya yang bersalah”………….. ..
=====================================================
Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan
hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.
Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah
kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru
menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya
sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung
semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup
dengan baik tanpa bantuanmu.
Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu
ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
=====================================================
Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang
konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.
Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya.
Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi
yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang
ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.
Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya
berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira
sekali, menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau”, lagu kesayangan
mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia
hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.
Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang
anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan
ibu. “Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak” kata ibu.
“Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa
bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang
untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja
lagi, Bu”, kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah
sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.
Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat
senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang
anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan
kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya,
sang anak menolak. “Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu”, teriak
sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang
ibu berkata “Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini.
Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.” “Tidak, aku tidak mau
mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang
saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi”, sang anak mulai menangis.
Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak
didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 “Kalau ibu
sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu”. Sampai pada akhirnya, ibunya
memaksa dengan mengatakan “Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah
disini”, ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak
anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.
Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu
menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan
menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan
baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi.
Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.
Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong
urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin
tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk
mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh
diri itu dibatalkan, demi anaknya juga………. ..
=====================================================
Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan
kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap
menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan.
Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya.
Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah
mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak
pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal
ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan
setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan
ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang
sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.
Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju
rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah
kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu
kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk
di depan rumah tsb, menangis “Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi.”
Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak
sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah
mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi
tidak ada kabar.
Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.
Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai
melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang
ibu segera naik mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya
menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus,
dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya,
saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam surat itu.
Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa
mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu
membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis
ia memohon agar bisa menemukan anaknya.
Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya
pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata,
bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im
yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu
baik.
Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.
Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan,
demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk
dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh
dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah………. ..
=====================================================
Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku
kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya.
Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah
banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya
nihil.
Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama
dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil,
di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang
mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak
pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak
berkomat-kamit.
Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun
bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis
tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap
dengan lemah “Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?”
Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera
menyanyikan lagu “Shi Sang Ci You Mama Hau” dengan suara perlahan, tak
disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah.
Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang
selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk
pengemis tua itu dan berteriak dengan haru “Ibu? Ini saya ibu”.
Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu
bertanya, “Apakah kamu ??..(nama anak itu)?” “Benar bu, saya adalah anak
ibu?”.
Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi …………… .
Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi
hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari
anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang
menganggapnya sebagai orang gila.
=====================================================
Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama:_
Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu
bahkan rela mengorbankan nyawanya.. Simaklah penggalan doa keputusasaan
berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :
1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung
Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela
mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara
apapun ………..
Tidak diragukan lagi “Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini”
++++++++++++++++++++++
Ingin bergabung dalam sebuah MISI MULIA ? Ada sebuah tindakan yang
dapat Anda lakukan, bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia
ini), ajaklah ia untuk keluar makan atau jalan2 MALAM INI JUGA. Jangan
ditunda2. Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan
Anda, telponlah dia malam ini juga, just to say “hello”. Catatlah hari
ulang tahunnya, rayakan, dan bahagiakanlah dia semampu Anda. Hidangkan
makanan favoritnya, dst.
Rabu, 22 Februari 2012
Penyesalan dibelakang hari sangatlah menyakitkan...bertindak sebelum
penyesalan sangat "berarti" bila anda bisa menyisihkan 50ribu setiap
hari, dan itu tidak mempengaruhi ekonomi keluarga anda...hubungi saya
segera...kita buat action plan..untuk mewujudkan hidup anda dimasa depan
yang cerah & nyaman
DOAKU UNTUK ANAKKU
Tuhanku,
bentuklah anakku menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari manakala ia lemah.
Dan cukup berani untuk menghadapi dirinya sendiri manakala ia takut.
Manusia yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan, rendah hati dan jujur dalam kemenangan.
Bentuklah anakku menjadi seorang yang kuat dan mengerti, bahwa
mengetahui serta mengenal diri sendiri adalah dasar dari segala ilmu
yang benar.
Tuhanku,
janganlah anakku Kau bimbing pada jalan yang mudah dan lunak.
Biarlah Kau bawa dia ke dalam gelombang dan desak kesulitan tantangan hidup.
Bimbinglah anakku supaya dia mampu tegak berdiri di tengah badai serta berwelas asih kepada mereka yang jatuh.
Bentuklah anakku menjadi manusia berhati bening dengan cita-cita setinggi langit.
Seorang manusia yang sanggup memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain.
Seorang manusia yang mampu meraih hari depan tapi tak melupakan masa lampau.
Dan setelah segala menjadi miliknya semoga anakku dilengkapi hati yang
ringan untuk bergembira serta selalu bersungguh-sungguh namun jangan
sekali-kali berlebihan.
Berikan kepadanya kerendahan hati, kesederhanaan dan keagungan yang hakiki,
pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan dari
kekuatan yang sebenarnya sehingga aku, orang tuanya, akan berani
berkata:
“hidupku tidaklah sia-sia”.
AMIN..............
Selasa, 31 Januari 2012
WANITA DALAM ALKITAB
Wanita kristen menghadapi
banyak masalah yang sama
dengan wanita lainnya.
Perbedaannya, mereka dapat
datang kepada Tuhan untuk
memecahkan masalah dan
persoalan mereka. Dalam
percakapan antara dua orang
teman ini, dua wanita
menceritakan tentang
kegelisahan mereka sebagai
wanita, seperti kekuatiran
mereka akan penampilan,
keterbatasan, dan kegelisahan
mereka, dan anugerah untuk
dapat menyerahkan beban
tersebut kepada Tuhan.
KRISTEN
Silahkan download ebooknya DISINI mudah - mudahan bermanfaat bagi seluruh wanita yang ada didunia ini........
Silahkan tuliskan komentar anda dibawah ini...........
TUHAN MEMBERKATI
Rantai Kebaikan
Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia
sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap,
pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan.
Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan
keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu
mendekati sang nyonya.
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di Sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan. Kata pria itu, “Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson.”
Wah, sebenarn ya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun ju mlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan idak pernah ia berbuat hal sebaliknya.
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, “Dan ingatlah kepada saya.”
Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada
Bryan.
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: “Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: ‘Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.’ Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.
Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, “Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!”
Ada pepatah lama yang berkata, “Berilah maka engkau diberi.” Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus ki sah ini, jangan biarkan saja!
Kirimkan kepada teman-teman anda! Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada. Tuhan memberkati anda!
(Kisah ini diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com http://pentas-kesaksian.blogspot.com/>. Mohon anda jangan hapus keterangan anda ketika nda memforwardnya atau mempostingnya di website/blog anda. Terima kasih.
Sumber: Milis
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di Sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan. Kata pria itu, “Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson.”
Wah, sebenarn ya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun ju mlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan idak pernah ia berbuat hal sebaliknya.
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, “Dan ingatlah kepada saya.”
Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada
Bryan.
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: “Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: ‘Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.’ Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.
Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, “Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!”
Ada pepatah lama yang berkata, “Berilah maka engkau diberi.” Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus ki sah ini, jangan biarkan saja!
Kirimkan kepada teman-teman anda! Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada. Tuhan memberkati anda!
(Kisah ini diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com http://pentas-kesaksian.blogspot.com/>. Mohon anda jangan hapus keterangan anda ketika nda memforwardnya atau mempostingnya di website/blog anda. Terima kasih.
Sumber: Milis
Langganan:
Postingan (Atom)